Article Detail

Hari Studi Guru: Implementasi Pembelajaran Mendalam dan Kecerdasan Buatan

Hari Studi Guru: Implementasi Pembelajaran Mendalam dan Kecerdasan Buatan



Tangerang, Banten —  Pada hari Sabtu yang lalu (19/07/2025), Sekolah Tarakanita Citra Raya mengadakan kegiatan rutin, yakni Hari Studi Guru yang diikuti guru-guru dari jenjang KB/TK, SD, SMP, dan SMA. Pada kesempatan ini kegiatan dibuka oleh Bapak Paulus Paryanto sebagai MC dan diawali dengan sambutan dari kepala divisi bagian pendidikan Yayasan Tarakanita Wilayah Tangerang Ibu Christiana Trisnawati, M.Pd. Beliau menegaskan bahwa guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan pendidikan khususnya pada era revolusi industri 4. 0. Selanjutnya kegiatan seminar dipandu oleh Ibu Merry Larasati sebagai moderator dan Ibu Lela Foni Sulistiyowati, M. Si, yang merupakan seorang Widyaprada Ahli Madya dari BPMP Banten dan juga Asesor BAN PDM.


Kegiatan diawali dengan Ice Breaking sehingga guru-guru lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan seminar. Menurut Ibu Lela dalam pengisiannya, untuk menyiapkan generasi muda dalam menatap Indonesia Emas 2045, sistem pendidikan di Indonesia perlu bertransformasi secara menyeluruh. Salah satu metode baru yang sedang digaungkan adalah Pembelajaran Mendalam (PM), yang digabungkan dengan penggunaan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) sebagai jawaban untuk menciptakan generasi pembelajar yang aktif, kritis, dan mampu beradaptasi dengan berbagai kompleksitas dunia nyata.


Dijelaskan oleh beliau, bahwa pembelajaran mendalam lebih dari sekadar metode; itu adalah pendekatan menyeluruh.  PM menekankan pengalaman belajar yang sadar, bermakna, dan menyenangkan, di mana siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga dapat menerapkan dan merenungkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan prinsip sadar, kita mendorong peserta didik untuk fokus, terbuka terhadap cara pandang baru, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ini adalah langkah awal dalam membangun pembelajar sepanjang hayat,” jelasnya. PM berfokus pada pengembangan delapan dimensi, seperti berpikir kritis, kreativitas, kerja sama, dan kemampuan berkomunikasi. Model ini dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan mendasar dalam kualitas pendidikan, yang terlihat dari hasil PISA 2022: lebih dari 99% siswa Indonesia hanya sanggup menjawab soal-soal di tingkat rendah (LOTS), hasil ini sangat memprihatinkan dalam menggambarkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Selain penjelasan mengenai Pembelajaran Mendalam, di sesi berikutnya dipaparkan tentang digitalisasi dan AI dalam Pembelajaran: Menambah Nilai, Bukan Menggantikan. Dalam sesi tersebut, Ibu Lela juga memperkenalkan bagaimana AI, misalnya ChatGPT, dapat diimplementasikan dalam perancangan pembelajaran. AI berperan sebagai pendamping guru yang membantu dalam merancang RPP, penilaian, dan skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. (ND & MR)


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment