Article Detail

Menjaga Kesehatan Mental Sebagai Orang Tua Dalam Mendidik Remaja Yang Bahagia

Pada hari Sabtu, 12 Agustus 2023. Diadakan acara “WEBINAR PARENTING”  secara Online melalui Zoom Meeting. Pada kegiatan Parenting hari ini terdapat pembicara yang hebat yaitu Ibu Caroline Lisa Setia Wati, M. Pd., Kons. Pada hari ini Ibu Lisa memaparkan materi terkait “Menjaga Kesehatan Mental Sebagai Orang Tua Dalam Mendidik Remaja Yang Bahagia”. Kegiatan Webinar hari ini dimoderatori oleh Ibu Sari Saptorini, S. Pd dan Ibu Desi Kristianingsih, S. Pd sebagai MC.

Acara Parenting diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh Ibu Anastasia Dina Anindya, S. Pd. Setelah berdoa kami para guru diberikan penguatan/peneguhan oleh Bapak F.X. Widodo, M. Pd agar orang tua semangat dalam mengikuti kegiatan Parenting secara online pada hari ini. Setelah diberikan penguatan, dilanjutkan dengan perkenalan Ibu Caroline Lisa Setia Wati, M. Pd., Kons. sebagai pembicara oleh Ibu Sari Saptorini, S. Pd selaku moderator. Ibu Caroline Lisa Setia Wati, M. Pd., Kons. yang biasa dipanggil Ibu Lisa merupakan dosen Bimbingan dan Konseling dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta serta menjabat sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Pendidikan dan Bahasa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta. Beliau juga merupakan konselor remaja dan keluarga serta aktif dalam kegiatan seminar terkait remaja dan keluarga. Dalam kesempatan kali ini Ibu Lisa memaparkan materi bertemakan Menjaga Kesehatan Mental Sebagai Orang Tua Dalam Mendidik Remaja Yang Bahagia.

Pada kegiatan Parenting ini Ibu Lisa ingin membagikan ilmunya terkait menjaga kesehatan mental sebagai orang tua dalam mendidik remaja yang bahagia. Diawal kegiatan, Ibu Lisa memutar lagu dari penyanyi bernama Tulus yang berjudul ‘Diri’. Kemudian Ibu Lisa meminta sharing dari beberapa orang tua dan guru terkait lagu tersebut. Pertama yaitu Ibu Christy dari guru, Ibu Christy mengatakan saat mendengarkan lagu tersebut ia merasa terkoneksi dengan diri sendiri dan merefleksikannya. Kedua yaitu Ibu Yuli dari guru, juga merasakan terkoneksi dengan diri sendiri lalu bagaiman menghargai diri sendiri serta menerima diri. Ketiga yaitu Bapak Vitalis Jebarus dari orang tua peserta didik, setelah mendengarkan lagu tersebut beliau merasa lebih mencintai diri sendiri dan menghargai diri sendiri serta hidup selalu direnungi dan hidup harus dapat berubah. Keempat dan terakhir yaitu Bapak Jenvater Silalahi dari orang tua peserta didik, setelah mendengarkan lagu tersebut beliau merasa terharu dan merefleksikan bahwa dirinya mampu melewati tantangan serta kesulitan guna dapat mempersiapkan diri kedepannya. Ibu Lisa lalu merangkum jawaban dari sharing tersebut dengan mengatakan bahwa dengan kita mengenal diri sendiri kita dapat juga mengetahui keadaan kesehatan mental kita.

Kesehatan mental ini booming karena perkembangan teknologi melalui sosial media. Berawal dari pandemi COVID-19 yang menyerang lalu terjadinya lock down lalu berubah menjadi new normal itu berdampak pada psikologis seseorang. Ibu Lisa menjelaskan bahwa sehat mental adalah keadaan dimana individu menyadari potensinya, bisa menghadapi stres kehidupan, tetap produktif dan bisa berkontribusi pada lingkungan. Well-being yang baik adalah kondisi dimana kita merasa puas terhadap kehidupan kita, merasakan adanya emosi yang positif dan sedikit emosi negatif. Pentingnya well-being yang baik dapat membantu kita dalam mengelola stress, berhubungan dengan orang lain dan membuat keputusan. Ibu Lisa kemudian menjelaskan bahwa jiwa, roh dan raga saling berkesinambungan.

Ibu Lisa kemudian menjelaskan bahwa pikiran yang sehat ditambah dengan badan yang sehat dapat menjadi seorang yang bahagia. Ibu Lisa juga mengatakan bahwa kesehatan mental itu merupakan satu garis continuum yang dapat bergerak ke arah high-level wellness dan dapat bergerak ke arah pre-mature death atau berada ditengah-tengah atau neutral point. Jika kesehatan mental baik maka akan bergerak ke arah high-level wellness, sedangkan jika kesehatan mental kurang baik atau buruk akan bergerak ke arah pre-mature death. Ibu Lisa lalu menjelaskan perbedaan sakit fisik dan sakit yang ada didalam diri yakni jika sakit fisik itu berupa jatuh, terbentur, tersayat itu dapat terlihat, dapat diobati, dapat sembuh dan dapat berbekas. Sedangnkan sakit yang ada didalam diri yakni mengalami irrational belief, incongruensi itu tidak terlihat tapi hanya dirasa, lalu perasaan ditolak, diabaikan, tidak dicintai, tidak berdaya hingga trauma.

Ibu Lisa menjelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental ialah faktor biologis, faktor sosial serta faktor psikologis. Contoh dari faktor biologis seperti memiliki badan yang gemuk sehingga stress karena merasa tidak dihargai, lalu contoh faktor sosial seperti perlakuan bullying, lalu contoh faktor psikologis seperti memiliki pengalaman tidak menyenangkan sehingga pengalaman tersebut dipendam sendiri dan akhirnya membuat dirinya stress. Ibu Lisa menjelaskan terkait jendela yang mirip dengan jendela johari dimulai dari pertama i am ok, you are not ok itu berarti diri sendiri oke tapi orang lain tidak oke. Kedua i am not okay you are not ok berarti diri sendiri tidak oke dan orang lain tidak oke. Ketiga i am not ok you are ok berarti diri sendiri tidak oke dan orang lain oke. Keempat i am ok you are ok berarti diri sendiri oke dan orang lain oke. Dari jendela tersebut, Ibu Lisa menjelaskan bahwa keadaan kesehatan mental yang sehat ialah ketika i am ok you are ok jadi ketika diri sendiri oke dan untuk orang lain oke.

Ibu Lisa menjelaskan tentang toxic relationship yaitu relasi tidak sehat yang berdampak buruk bagi keadaan fisik, emosional, dan mental individu. Contoh dari toxic relationship yaitu penggunaan teknik silent treatment saat mengalami permasalahan lalu manipulate atau memanipulasi orang lain. Ibu Lisa menjelaskan bahwa orang tua perlu memiliki kelekatan atau kedekatan dengan anak agar anak merasa secure  atau aman lalu anak tidak merasa anxious atau cemas lalu anak tidak avoidant atau menghindar serta tidak terjadi disorganized yaitu orang tua tidak terorganisasi dalam mengasuh anak. Ibu Lisa kemudian menjelaskan gejala gangguan kesehatan mental dari yang ringan hingga berat. Gejala ringan yaitu sumpek, jenuh, lelah, capek, susah makan, banyak makan, sulit tidur, banyak tidur, tidak tertarik berinteraksi, gangguan fisik yakni psikosomatis. Sedangkan gejala sedang ke berat yaitu gangguan pola hidup secara ekstrem, perubahan emosional, perubahan perilaku (histeris, menangis, halusinasi, self harm), serta mengisolasi diri dari orang lain. Ibu Lisa mengatakan jika gejala gangguan kesehatan mental ini sudah dirasa berat, dianjurkan untuk konsultasi kepada tenaga ahli psikologis. Jika gejala gangguan kesehatan mental masih ringan ke sedang terkait permasalahan anak dapat dikonsultasikan atau bercerita kepada konselor sekolah atau guru BK. Jika gejala gangguan kesehatan mental dari sedang ke berat dapat berkonsultasi kepada psikolog ataupun psikiater.

Ibu Lisa juga menjelaskan bahwa dalam menjaga kesehatan mental dibagi ke beberapa aspek yaitu aspek fisik, perkembangan emosi, aspek sosial, aspek kognitif/cara berpikir. Cara menjaga kesehatan mental dilihat dari aspek fisik yaitu menerima perubahan fisik, menjalani peran sesuai jenis kelamin, serta dapat bertanggung jawab. Cara menjaga kesehatan mental dilihat dari aspek perkembangan emosi yaitu mampu mengatasi kecemasan, rasa malu, rasa bingung, rasa takut, serta masa malu dan dapat mengatasi masa badai dan topan dalam hidup. Cara menjaga kesehatan mental dilihat dari aspek sosial yaitu peer group, konfrormitas, dipengaruhi ”apa kata orang” dan gaya hidup di sosial media. Cara menjaga kesehatan mental dilihat dari aspek kognitif/cara berpikir yaitu dapat berpikir abstrak, merancang masa depan, anak tidak diingin dianggap anak kecil lagi, serta mempertanyakan konsep moralitas.

Ibu Lisa menjelaskan bagaimana caranya menjaga kesehatan mental yaitu yang pertama awernes atau kesadaran dari diri sendiri bahwa tau sedang tidak sehat mental, lalu kedua acceptance yaitu penerimaan permasalahan/gejala gangguan kesehatan mental yang dialami, lalu ketiga me time yaitu memberikan waktu untuk diri sendiri melakukan hobinya, lalu keempat waktu tenang yaitu bisa memberikan waktu untuk merefleksikan apa yang telah dirasakan, lalu kelima olah raga yaitu memberikan waktu untuk diri sendiri berolah raga sehingga badan juga dapat sehat, lalu keenam pola hidup seimbang yaitu menyeimbangkan pola hidup sehingga semua yang dilakukan dapat seimbang serta mengantisipasi gejala gangguan kesehatan mental mengganggu kehidupan. Lalu Ibu Lisa menyambungkan dengan 3 pilihan saat menjaga kesehatan mental yaitu alternatif, kontrol serta delete. Ketika gejala gangguan kesehatan mental datang kita dapat memilih alternatif yang dapat menghadapi gejala tersebut, jika itu bersifat negatif dapat langsung kalian delete atau dilupakan sehingga tidak dapat berpengaruh di dalam hidup serta dapat terkontrol oleh diri sendiri.

Ibu Lisa juga menjelaskan terkait kebutuhan dasar anak sehingga para orang tua juga dapat lebih menjalin hubungan yang lebih dekat. Love and belonging ialah kebutuhan dasar yang paling utama, jadi orang tua perlu memberikan kebutuhan dasar tersebut kepada anak mereka sehingga mereka merasa aman dan nyaman lalu kebutuhan dasar yang lain yaitu power, fun, survival serta freedom itu akan terpenuhi. Ibu Lisa mengatakan walaupun anak-anak sudah dewasa, tetap akan menganggap bapak dan ibunya adalah superhero untuk diri mereka. Lalu orang tua juga perlu memfasilitasi kegiatan yang dapat membantu kelekatan hubungan orang tua dengan anak serta tidak lupa juga selalu berdoa kepada Tuhan. Ibu Lisa menekankan kepada orang tua untuk awernes atau kesadaran bahwa mereka adalah role model untuk anak-anak mereka lalu selalu konsisten sehingga anak dapat meniru apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya, lalu bersikap open minded yaitu melihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda sehingga anak juga merasa dihargai, lalu yang sudah pasti ialah open communication yaitu orang tua memberikan kesempatan untuk anak menyampaikan pendapatnya, serta yang terakhir yaitu clear bounderis yaitu memberikan batasan yang jelas sehingga anak juga akan teringat akan batasan-batasan tersebut. Setelah pemaparan materi dari Ibu Lisa, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Orang tua sangat antusias dalam mengikuti webinar ini sehingga ada banyak dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Ibu Lisa terkait pemaparan materi “Menjaga Kesehatan Mental Sebagai Orang Tua Dalam Mendidik Remaja Yang Bahagia”. (RN)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment