Article Detail

Pengalaman Berharga, Bersyukur

Untuk mendukung seluruh perwujudan nyata dari Cc5+, visi, dan misi SMA Tarakanita Citra Raya, SMA Tarakanita Citra Raya melaksanakan program Live In pada Senin, 18 Maret 2024 sampai Sabtu, 22 Maret 2024. Program Live In adalah program yang ditujukan untuk peserta didik kelas 11, dimana peserta didik akan menginap di rumah warga dan membantu mereka selama beberapa hari. Program Live In tahun ini dilaksanakan di Magelang, Jawa Tengah. Peserta didik akan dibagi dan tinggal di 4 desa yang berbeda, yaitu Desa Gantang, Desa Serut, Desa Gejayan, dan Desa Banyuurip. Tahun ini menjadi tahun pertama program Live In kembali dilaksanakkan setelah beberapa tahun tidak dilaksanakan akibat dari pandemi Covid-19. Selama kurang lebih 12 jam perjalanan dari sekolah menuju lokasi, akhirnya peserta didik sampai di Taman Doa Gua Maria, Gantang. Sesampainya disana, peserta didik dan panitia kegiatan berkumpul untuk melaksanakan pembukaan kegiatan dan sarapan Bersama. Pembukaan kegiatan dilaksanakan dengan berbagai prosesi, dimulai dari sambutan kepala sekolah SMA Tarakanita Citra Raya, yaitu Fx. Widodo, sambutan dari salah satu romo di sana, dan beberapa pengumuman penting yang disampaikan oleh panitia Live In. Setelah berbagai sambutan, dilaksanakkan prosesi penyerahan peserta didik kepada orang tua asuh Live In yang diwakilkan oleh Yukio Gilberd Lai dari kelas XIC dan Nazwa Shelia Ramadhani dari kelas XID. Prosesi dilakukan sebagai bentuk kepercayaan sekolah kepada pihak Live In di lokasi untuk mendidik dan mengasuh sepenuhnya peserta didik di rumah orang tua asuh nantinya. Setelah dilakukan prosesi penyerahan, panitia Live In di sekolah membacakan pembagian desa dan nama orang tua asuh peserta didik.

Selama kurang lebih 4 hari 3 malam lamanya, peserta didik tinggal di rumah orang tua asuh untuk melakukan berbagai kegiatan. Banyak sekali peserta didik yang mengaku kalau kondisi rumah di sana sangatlah nyaman untuk ditinggali, mulai dari kebersihan rumah dan kebersihan udara di sekitar lingkungan rumah. Suhu di sana juga cukup sejuk sehingga membuat peserta didik nyaman untuk berkegiatan baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Setiap peserta didik ditempati di rumah-rumah yang berbeda dengan setiap rumah berisikan 2 peserta didik bersama orang tua asuh. Peserta didik diharapkan dapat berbaur dengan orang tua, menjalin komunikasi, dan menjaga tata krama selama tinggal di sana. Selain itu, peserta didik juga diwajibkan untuk mengikuti segala kegiatan keluarga, mulai dari membantu di ladang, membersihkan rumah, membantu memasak makanan, membantu di peternakan, ataupun kegiatan lainnya. Namun, dari banyaknya kegiatan keluarga, ada banyak  peserta didik yang mengaku bahwa kegiatan yang mereka lakukan sangat sedikit dibandingkan yang dilakukan orang tua mereka. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, yaitu rasa tidak enak orang tua kepada peserta didik, orang tua asuh merasa peserta didik tidak mengerti sepenuhnya mengenai kegiatan yang dilakukan, dan pengalaman orang tua asuh terkait peserta Live In sebelumnnya. Rasa tidak enak orang tua kepada peserta didik mungkin timbul karena orang tua menganggap kalau peserta didik adalah tamu yang harus dilayani dan tinggal di rumah mereka dengan nyaman, sehingga merasa kalau peserta didik tidak boleh direpotkan terlalu banyak. Orang tua asuh juga mungkin merasa kalau wawasan peserta didik mengenai kegiatan di pedesaan tidak terlalu banyak, sehingga orang tua lebih baik melakukannya sendiri tanpa bantuan peserta didik. Selain itu, pengalaman orang tua asuh terkait peserta Live In sebelumnya juga mungkin membuat peserta didik tidak direpotkan dalam berbagai kegiatan, karena ada banyak laporan mengenai peserta Live In sebelumnya yang menghambat kegiatan orang tua asuh karena ketidaktahuan atau minimnya wawasan mengenai kegiatan di pedesaan. Alur kegiatan di sana juga hanya berjalan selama pagi dan sore saja, sehingga pada waktu siang dan malam, peserta didik tidak melakukan banyak kegiatan bersama orang tua.

Di luar kegiatan bersama orang tua, terlihat banyak peserta didik yang bermain bersama teman-temannya dikarenakan minimnya kegiatan, juga untuk mengisi waktu luang. Selain itu, lokasi antar rumah yang sangat dekat membuat peserta didik semakin mudah untuk berkunjung ke rumah teman-temannya. Hal ini secara tidak langsung membuat hubungan antar peserta didik semakin erat, baik yang hubungannya sudah dekat maupun belum. Selain peserta didik yang berbaur dengan warga di sana, panitia Live In sekolah juga menjalin komunikasi dengan warga. Pada hari pertama, panitia Live In sekolah mengunjungi rumah setiap peserta didik untuk melakukan penyerahan peserta didik dari pihak sekolah ke piha orang tua asuh dan memberikan sejumlah uang untuk menggantikan uang makan peserta didik selama tinggal di sana. Kegiatan peserta didik di sana tidak jauh berbeda setiap harinya, kebanyakan dari mereka hanya berkegiatan bersama orang tua di pagi ataupun sore hari, di siang dan malam hari, peserta didik akan bermain di rumah teman, bermain bersama anak-anak desa di sana, berkeliling di desa, dan berbagai hal lainnya.

Di hari ketiga, peserta didik bersama warga di sana melaksanakkan beberapa kegiatan bersama. Tepatnya di siang hari, peserta didik bersama warga gotong royong untuk melaksanakan              kerja bakti membersihkan lingkungan di masing-masing desa. Kerja bakti ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas persaudaraan antar warga, juga antar peserta didik. Selain itu, kerja bakti ini diharapkan dapat meningkatkan kesadararan peserta didik dan warga akan pentingnya menjaga kebersihan di lingkungan sekitar. Di sore hari, seluruh peserta Live In dari keempat desa dikumpulkan di Taman Doa Gua Maria, Gantang untuk melakukan kegiatan pengendapan. Kegiatan ini bertujuan untuk merefleksikkan apa saja yang sudah dilakukan dan didapatkan selama  berkegiatan di Live In. Setelah melakukan kegiatan pengendapan, beberapa orang tua asuh dari peserta didik ada yang datang untuk melakukan kegiatan misa dan malam perpisahan bersama dengan pihak sekolah. Malam perpisahan dilaksanakan dengan beberapa prosesi, yaitu sambutan dari pihak sekolah dan panitia Live In, pemberian uang sumbangan untuk pembangunan dari sekolah kepada pihak Live In di sana, dan penyerahan kembali peserta didik kepada pihak sekolah yang diwakilkan oleh peserta didik yang sama ketika proses penyerahan di awal. Di malam perpisahan ini, peserta didik juga memberikan kenang-kenangan kepada orang tua sebagai momen kebersamaan terakhir bersama orang tua di kegiatan Live In.

Keesokan paginya, peserta didik bersama dengan panitia Live In dari sekolah segera melakukan keberangkatan menuju wilayah kota Yogyakarta, tepatnya ke Museum Sonobudoyo dan Malioboro. Di Museum Sonobudoyo, terdapat banyak sekali artefak budaya yang sangat berperan di sejarah Yogyakarta, mulai dari patung, topeng, wayang, miniatur, dan masih banyak lagi. Di sini, peserta didik mendapatkan banyak sekali wawasan mengenai sejarah-sejarah yang berkembang di Yogyakarta. Peserta didik juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Setelah kunjungan ke Museum Sonobudoyo, peserta didik diberikan kebebasan untuk berkunjung ke wilayah Malioboro. Banyak dari peserta didik yang hanya sekedar melihat-lihat pemandangan di Malioboro, ataupun membeli buah tangan dari Malioboro. Kunjungan ke Malioboro menjadi kunjungan wisata terakhir selama kegiatan Live In ini. Setelah kunjungan ke Malioboro, peserta didik pergi menuju pusat oleh-oleh apabila ada yang ingin membeli oleh-oleh. Selama kurang lebih 12 jam perjalanan lamanya, akhirnya peserta didik sampai di SMA Tarakanita Citra Raya pada hari Sabtu, 22 Maret 2024 di pagi hari, sekitar pukul 08.00.

Dari kegiatan Live In ini, peserta didik mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pelajaran. Peserta didik belajar bagaimana untuk menghargai teman atau pasangan selama kegiatan Live Ikarena pasangan selama kegiatan ini tidak ditentukan sendiri oleh peserta didik, namun ditentukan oleh panitia Live In disana. Selain itu, peserta didik juga diajarkan mengenai kesederhanaan dan rasa bersyukur akan segala hal yang dimiliki, segala hal yang sekarang dimiliki harus disyukuri karena belum tentu semua orang mendapatkannya. Rasa bersyukur itu juga harus diterapkan bukan hanya pada materi, namun juga pada hal-hal yang terkesan sepele, seperti waktu bersama keluarga maupun teman. Peserta didik juga diajarkan bagaimana untuk disiplin dan menghargai aturan selama di sana, dan belajar bagaimana menerapkan tata krama yang baik selama di luar sekolah. Diharapkan kegiatan Live In ini dapat menjadi pengalaman yang baik bagi peserta didik untuk menjadi pribadi yang lebih berkompeten dan memiliki moralitas yang tinggi. (Yukio Gilberd Lai)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment