Article Detail
Efektivitas Koagulan Tawas dan Karbon Aktif dalam Menurunkan TDS dan TSS pada Limbah Domestik
Efektivitas Koagulan Tawas (Al2(SO4)3) dan Karbon Aktif dalam Menurunkan TDS dan TSS pada Limbah
Domestik dengan Campuran Eco Enzyme
Abstract
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Air adalah kebutuhan primer setiap
manusia. Air digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia, seperti minum,
memasak, mandi, dan mencuci. Berdasarkan Kementrian PUPR (2007), Pemakaian air
setiap orang mencapai 144 liter per harinya. Walaupun air merupakan kebutuhan
primer bagi manusia, masih banyak daerah di Indonesia yang kekurangan
persediaan air bersih. Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan wilayah
yang kerap mengalami krisis air bersih. Oleh karena itu, diperlukan metode lain
untuk memperoleh air bersih, seperti dengan mendaur ulang air limbah.
Pengolahan air limbah bisa dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan menggunakan eco
enzyme. Eco enzyme adalah cairan
hasil fermentasi limbah organik, seperti sayuran dan buah-buahan. Namun, dalam
memurnikan air, eco enzyme kurang
efektif dalam mengurangi kadar TSS (Total
Suspended Solid) dan TDS (Total
Dissolved Solids) dalam air limbah (Sayali et al, 2019).
Selain eco enzyme,
penggunaan tawas dan karbon aktif dalam pengolahan air limbah juga telah
terbukti dalam menurunkan kadar pencemar. Tawas
sebagai koagulan mampu mengikat kadar pencemar dan mengurangi TDS.
Karbon aktif sebagai adsorben mampu menyerap kadar pencemar. Dengan demikian,
penambahan koagulan tawas dan adsorben karbon aktif ke larutan eco enzyme
diharapkan menjadi solusi yang menjanjikan untuk meningkatkan efektivitas eco
enzyme sebagai penurun kadar TDS dan TSS dalam air limbah.
1.2 Studi Pustaka
1.2.1 Air
Air
merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Air menutupi sekitar 71% dari permukaan bumi, dengan 98%
terdapat di Samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang
terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Air dapat berwujud padatan (es),
cairan (air), dan gas (uap air), dan merupakan satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. (Ningrum,
2017)
Air bersih adalah air yang terbebas dari kuman maupun
bakteri dan memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan oleh Permenkes No. 32
Tahun 2017 (Diana & Lestari, 2014). Air bersih sangat penting bagi
kesehatan manusia, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit, terutama penyakit perut.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, air
digolongkan dalam empat kelas. Mulai dari air kelas satu yang diperuntukkan
untuk minum hingga air kelas empat yang diperuntukkan untuk mengairi pertanian
atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
air tersebut.
1.2.2 Air Limbah
Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha dan/atau
kegiatan yang berwujud cair. Menurut Arief (2016) dalam Daniswari, dkk (2021),
limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Limbah lebih dikenal sebagai sampah, yang
keberadaannya sering tidak dikehendaki dan mengganggu lingkungan, karena sampah
dipandang tidak memiliki nilai ekonomis.
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Air
limbah ini mengandung senyawa-senyawa polutan yang dapat merusak ekosistem air.
Bila tidak dikelola secara baik, air limbah dapat menimbulkan gangguan, baik
terhadap lingkungan maupun orang sekitar.
1.2.3 Eco Enzyme
Eco enzyme atau dalam bahasa Indonesia disebut eko-enzim adalah larutan zat
organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa organik, gula dan
air (Nasyta & Putri, N. 2021). Eco
enzyme dikembangkan pertama kali oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang berasal
dari Negara Thailand. Inovasi ini memberikan distribusi yang cukup besar dalam
menanggulangi berbagai masalah lingkungan.
Gagasan eco enzyme
ini adalah mengolah enzim dari limbah atau sampah organik tersebut. Pada
dasarnya, eco-enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan
enzim yang berguna menggunakan sampah organik.
1.2.4 Koagulan Tawas
Tawas (Al2(SO4)3) adalah salah
satu bahan koagulan yang sering digunakan dalam prinsip pengolahan air
(Aprilianti W. & Wahyudin, 2020) Koagulasi
adalah proses penggumpalan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan
secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar. Hal ini karena koagulan
mempunyai sifat yang dapat menarik partikel-partikel lain dalam media air,
sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan lebih mudah
mengendap (Husaini, dkk, 2018)
1.2.5 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan
daya adsorpsinya dengan proses aktivasi. Pada proses aktivasi ini terjadi
penghilangan hidrogen, gas-gas dan air dari permukaan karbon sehingga terjadi
perubahan fisik pada permukaannya. Karbon aktif digunakan karena memiliki luas
permukaan yang besar sehingga daya adsorpsinya lebih tinggi (Rizka, dkk, 2020).
Karbon aktif telah diakui sebagai salah satu adsorben yang paling populer dan
banyak digunakan dalam pengolahan air dan air limbah di seluruh dunia.. Dalam pengolahan sumber air, karbon aktif dapat
menghilangkan warna, bau dan polutan sehingga meningkatkan kualitas air menjadi
sumber air yang
2. Metodologi Penelitian
2.1 Bahan
Eco enzyme, karbon aktif, koagulan tawas, air limbah.
2.2 Alat
Beaker glass, sendok, wadah, AAS/SSA, pH meter.
2.3 Pengambilan sampel
Sebanyak 7 liter sampel air limbah diambil di area selokan
Taman Telaga Mediterania Tarakanita Citra Raya pada Selasa, 8 Agustus 2023.
2.4 Cara kerja
Penelitian ini menggunakan metode koagulasi anaerob. Adapun
peralatan yang digunakan dalam pembuatan eco
enzyme antara lain: toples 5 L, pisau, talenan, wadah. Eco enzyme dibuat dengan proses fermentasi dengan perbandingan
3:1:10, yakni sampah organik (wortel, apel, pisang) masing-masing 150 g, 150 ml
gula merah, dan 1500 ml air selama 3 bulan. Pengolahan air limbah domestik
dilakukan dengan metode anaerob. Sampel air limbah sebanyak 1 L diberikan eco enzyme dengan perbandingan 10%, koagulan tawas dengan variasi 180 ppm, 200
ppm, dan 240 ppm, serta koagulan tawas dengan variasi 1%, 2%, dan 3% dan
diendapkan selama 15 hari. Sample kemudian diuji menggunakan parameter pH, TSS,
TDS, dan pengujian total bakteri coliform.
2.5 Pengujian sampel
Sampel air limbah diuji kadar pencemarnya dengan parameter
pH, TSS, TDS, dan pengujian bakteri coliform
di Lab Medio Pratama.
2.5.1 pH
pH adalah Potential
of Hydrogen atau derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan, standar pH untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi adalah
6,5-8,5 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017. Uji PH dilakukan dengan menggunakan indikator pH. Kertas indikator
dicelupkan ke sampel kemudian dibandingkan dengan skala yang ada pada kemasan
indikator.
2.5.2 TSS
TSS
atau Total Suspended Solid adalah
sebuah parameter yang mengukur padatan yang tersuspensi dalam air yang dapat disaring dengan kertas
millipore berpori pori 0,45 μm. (sitasi tss di bawah). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, air kelas tiga memiliki standar mutu
TSS sebesar 100 mg/L.
2.5.3 TDS
TDS
atau Total Dissolved Solid adalah sebuah parameter yang mengukur padatan yang
terlarut dalam air. Padatan-padatan yang dihitung memiliki ukuran lebih kecil
daripada padatan yang tersuspensi. (sitasi) Standar mutu TDS air kelas tiga
adalah sebesar 1000 mg/L.
2.5.4 MPN total bakteri coliform
Metode
MPN atau Most Probable Number adalah
parameter penghitungan bakteri berdasarkan jumlah perhitungan terdekat. Bakteri
coliform merupakan mikroorganisme yang sering digunakan sebagai indikator untuk
menentukan suatu sumber air terkontaminasi patogen atau tidak. (sitasi).
Standar mutu total bakteri coliform air kelas 3 adalah sebesar 10000 MPN/100ml.
2.5.5 Pengolahan data SPSS
Pengolahan data juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS untuk menjalankan analisis
regresi. Analisis regresi dilakukan untuk mempelajari bentuk hubungan
fungsional antara dua faktor yang digunakan dalam penelitian. Dalam metode ini,
variabel dibedakan menjadi dua, yakni variabel bebas (independent) yang diwakili variabel X dan variabel tak bebas (dependent) yang diwakili variabel Y.
Dalam Penelitian ini, terdapat dua variabel X, yakni X1 sebagai tawas dan X2
sebagai karbon aktif, serta dua variabel Y, yakni TDS dan TSS.
Sebelum peneliti dapat menjalankan analisis regresi, data
diharuskan memenuhi beberapa syarat uji, yakni uji normalitas, uji linearitas,
uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal
atau tidak. Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Uji
mulitikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ada hubungan
kuat antar variabel bebas. Uji heteroskedasitisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan varians dari residual antara satu sampel dengan sampel
lainnya.
Material |
F1 (%) |
F2 (%) |
F3 (%) |
EE |
10% |
10% |
10% |
Tawas |
180 ppm
0.1797946201g |
200 ppm
0.1997718001g |
240 ppm
0.2397261601g |
Karbon aktif |
1% |
2% |
3% |
Tabel 1. Variasi
konsentrasi koagulan tawas dan karbon aktif.
3.
Hasil dan Pembahasan
PENGUJIAN
3.1.1 pH
Awal |
EE |
F1 |
F2 |
F3 |
6 |
5 |
4 |
4 |
4 |
Tabel 2. Hasil
pengujian pH sampel air limbah
Air
limbah yang telah diproses cenderung menunjukkan hasil pH yang asam (<7).
Sampel eco enzyme, F1, F2, dan F3
memiliki pH di bawah standar air bersih, yakni 6,5-8,5. Kecenderungan sifat
asam ini diakibatkan campuran eco enzyme
dan koagulan tawas dalam air. Hal ini sejalan dengan kandungan kandungan asam
asetat dalam eco enzyme yang mencapai
44,34% dari keseluruhan kandungan, ditambah dengan sifat tawas yang asam,
mengakibatkan hasil yang cenderung asam.
3.1.2 TDS (mg/L)
Awal |
EE |
F1 |
F2 |
F3 |
258 |
359 |
504 |
505 |
415 |
Tabel 3. Hasil
pengujian TDS sampel air limbah
Tabel
4. Uji normalitas Shapiro-Wilk TDS
Uji
normalitas Shapiro-Wilk
Nilai
sig 0,259 > 0,05, maka data terdistribusi secara normal.
Linearitas
Tabel
5. Uji multikolinearitas TDS
Multikolinearitas
Tolerance
0,192 > 0,10
VIF
5,199 < 10
maka
tidak terjadi gejala multikolinearitas, dalam artian tidak terjadi korelasi
antar variabel bebas.
Tabel
6. Uji heteroskedastisitas TDS
Heteroskedastisitas
X1
0,740 > 0,05
X2
0,975 > 0,05
maka
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, melainkan terjadi homoskedastisitas
yang artinya varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.
Tabel
7. Uji R Square total TDS
R
Square 84,8%
Dalam
artian, karbon aktif dan koagulan tawas secara simultan berpengaruh sebesar
84,8% terhadap nilai TDS.
Tabel
8. Uji R Square tawas TDS
RS
Tawas 42,9%
Dalam
artian, tawas secara parsial mempengaruhi nilai TDS sebesar 42,9%
Tabel
9. Uji R Square karbon aktif TDS
RS
Karbon 9,3%
Dalam
artian, karbon aktif secara parsial mempengaruhi nilai TDS sebesar 9,3%
Tabel
10. Uji F TDS
Uji
F
Sig
0,389 > 0,05
F
hitung < F Tabel
2,796
< 9,55
Maka
kedua variabel secara simultan tidak berpengaruh signifikan dalam menurunkan
kadar TDS.
Tabel
11. Uji T TDS
Uji
t
Tawas
sig 0,268 > 0,05
Tawas
t tabel < tawas t hitung
12,71
> 2,231
Maka,
tawas tidak berpengaruh secara signifikan dalam penurunan nilai TDS.
Karbon
sig 0,345 > 0,05
Karbon
t tabel > karbon t hitung
12,71
> 1,662
Maka,
karbon aktif tidak berpengaruh secara signifikan dalam penurunan nilai TDS.
Hasil
pengujian TDS menunjukkan penambahan nilai TDS pada sampel EE, F1, F2, dan F3.
TDS adalah parameter mengukur padatan yang terlarut dalam air dengan ukuran
<0,001 mikrometer. Hal ini menyebabkan campuran eco enzyme, karbon aktif, dan koagulan tawas yang terlarut dalam
air berpengaruh pada kenaikan nilai TDS. Namun, nilai TDS masih tergolong dalam
taraf aman karena masih di bawah batas 2000 pada air kelas 4 dan 1000 pada air
kelas 1-3. Berdasarkan hasil uji SPSS diperoleh hasil bahwa karbon aktif dan tawas
secara simultan mempengaruhi nilai TDS sebesar 84,8%. Dengan pengaruh parsial
sebagai berikut; tawas 42,9% dan karbon aktif 9,3%.
3.1.3
TSS (mg/L)
Awal |
EE |
F1 |
F2 |
F3 |
44,50 |
443,30 |
24,55 |
34,70 |
26,50 |
Table 12. Hasil
pengujian TSS sampel air limbah
Tabel
13. Uji normalitas Shapiro-Wilk TSS
Uji
normalitas Shapiro-Wilk
Nilai
sig 0,224 > 0,05
maka
data terdistribusi secara normal.
Linearitas
Tabel
14. Uji multikolinearitas TSS
Uji
Multikolinearitas
Tolerance
0,192 > 0,10
VIF
5,199 < 10
maka
tidak terjadi gejala multikolinearitas, dalam artian tidak terjadi korelasi
antar variabel bebas.
Tabel
15. Uji heteroskedastisitas TSS
Heteroskedastisitas
X1
0,740 > 0,05
X2
0,975 > 0,05
maka
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, melainkan terjadi homoskedastisitas
yang artinya varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.
Tabel
16. Uji R Square total TSS
R
Square 99,8%
Dalam
artian, karbon aktif dan koagulan tawas secara simultan berpengaruh sebesar
99,8% terhadap nilai TSS.
Tabel
17. Uji R Square tawas TSS
RS
Tawas 94,5%
Tabel
18. Uji R Square karbon aktif TSS
RS
Karbon 59,6%
Dalam
artian, karbon aktif secara parsial mempengaruhi nilai TSS sebesar 59,6%
Tabel
19. Uji F TSS
Uji
F
Sig
0,043 < 0,05
F
hitung > F tabel
263,827
> 19,0
Maka
kedua variabel secara simultan berpengaruh dalam menurunkan kadar TSS
Tabel
20. Uji T TSS
Uji
t
Tawas
Sig 0,044 < 0,05
Tawas
t tabel 12,71 < t hitung 14,580
Maka
Tawas mempengaruhi penurunan TSS
Karbon
Sig 0,118 > 0,05
Tdk
berpengaruh
Karbon
ttabel 12,71 > thitung 5,319
Tidak
berpengaruh
Hasil
pengujian TSS menunjukkan kenaikan nilai TSS pada sampel eco enzyme dan penurunan pada sampel F1, F2, dan F3. Data ini
menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif dan koagulan tawas dapat menurunkan
nilai TSS. Koagulasi disebabkan oleh ion – ion yang mempunyai muatan berlawanan
dengan muatan partikel koloid. Ion – ion tersebut berasal dari koagulan.
Penambahan ion – ion yang mempunyai muatan yang berlainan akan menimbulkan
ketidakstabilan partikel koloid. Koagulan adalah bahan kimia yang mempunyai
kemampuan menetralisasi muatan partikel koloid dan mampu untuk mengikat
partikel koloid tersebut membentuk gumpalan / flok. Berdasarkan hasil uji SPSS
diperoleh hasil bahwa karbon aktif dan tawas secara simultan mempengaruhi nilai
TSS sebesar 99,8%. Dengan pengaruh parsial sebagai berikut; tawas 94,5% dan
karbon aktif 59,6%. Seluruh sampel yang diberi tawas mengalami penurunan yang
signifikan, seluruh perlakuan memenuhi standar TSS untuk air kelas 1 yaitu
<40 mg/L.
3.1.4 Total Coliform
(MPN/100ml)
Awal |
EE |
F1 |
F2 |
F3 |
8200 |
689300 |
19600 |
15000 |
<1 |
Tabel 21. Hasil
pengujian total coliform sampel air limbah
Uji
MPN total coliform dilakukan untuk mengetahui kadar bakteri coliform yang
terkandung dalam air. Hasil pengujian MPN total coliform menunjukkan bahwa
nilai tertinggi dimiliki oleh sampel eco
enzyme dan nilai terendah dimiliki oleh sampel F3. Standar air kelas tiga
maupun empat untuk MPN total coliform adalah 10000 MPN/100 ml, maka sampel eco enzyme, F1, dan F2 melebihi batas
standar. Sementara itu, sampel F3 memiliki nilai MPN yang memenuhi standar air
kelas 1. Kenaikan nilai MPN total coliform ini bisa diakibatkan oleh penambahan
eco enzyme dalam air.
Kesimpulan & Saran
Konsentrasi
karbon aktif dan koagulan tawas mempengaruhi nilai TDS dan TSS air. Sampel F3
adalah sampel dengan efektivitas terbaik di antara perlakuan yang lain dalam
menurunkan nilai TDS dan TSS air. Namun, sampel F3 tidak memenuhi standar air
bersih karena nilai pHnya yang berada di bawah standar.
Diperlukan
kajian ulang terhadap konsentrasi eco enzyme yang digunakan dan metode lain
yang dapat membuat nilai pH air dalam jangkauan air bersih.
Future work
- Diperlukan kajian ulang terhadap konsentrasi eco enzyme yang digunakan dalam proses pengolahan air limbah.
- Mencari metode untuk menaikkan nilai pH dalam air limbah.
Daftar Pustaka
Sayali,
D. J., Shruti, C. S., Shweta, S. S.,
Sudarshan, E. P., Akash, H. D., & Shrikant, T. P.
(2019). Use of eco enzymes in domestic wastewater treatment. International Journal of Innovative Science
and Research Technology, 4(2),
568-570.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021
tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Rosariawari,
F., & Khasanah, A. M. (2022).
Efektivitas Eco–Enzyme dalam Menurunkan TSS, TDS,
Surfaktan pada Limbah Domestik dengan Variasi Proses Anaerob dan
Koagulasi-Flokulasi. Prosiding ESEC, 3(1), 43-50.
Majid, M., Amir, R., Umar, R., & Hengky, H. K.
(2017). Efektivitas penggunaan karbon
aktif pada penurunan kadar fosfat limbah cair usaha laundry di kota parepare
sulawesi selatan. In Prosiding Seminar
Nasional IKAKESMADA “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan SDGs (pp.
85-91).
Firra, R., & Mohamad, M. (2013). Effektifitas
PAC dan Tawas untuk Menurunkan Kekeruhan
pada Air Permukaan. Envirotek: Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan, 5(1).
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan
Rakyat Republik
Indonesia. (2007). Data pemakaian air bersih.
Diana, Lestari (2014). Pengaruh
Desinfektan
Terhadap Kualitas
Air Minum yang Bersumber Dari Sungai Kahayan Di Desa Mintin Kabupaten Pulang
Pisau. Thesis. Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya.
Nasyta & Putri, N. (2021).
PEMBUATAN
DISINFEKTAN
DENGAN PEMANFAATAN ECO-ENZYME DARI LIMBAH KULIT BUAH. Thesis. Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Aprilianti W. & Wahyudin. (2020).
PENGARUH
PEMBUBUHAN TAWAS
SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP PENURUNAN BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND AIR LIMBAH TAHU DI
DUSUN BUNSYAFAAH DESA PUYUNG KECAMATAN JONGGAT LOMBOK TENGAH. Jurnal Sanitasi
dan Lingkungan Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Mataram. Vol 1 No 2
Husaini, Cahyono S., Suganal, dan
Hidayat, K.
(2018).
PERBANDINGAN KOAGULAN HASIL PERCOBAAN DENGAN KOAGULAN KOMERSIAL MENGGUNAKAN
METODE JAR TEST. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara. Volume 14, Nomor 1, Januari 2018 : 31 - 45
Lubis, R., Nasution, H., Zubir, M.
(2020).
Production of Activated Carbon from Natural Sources for Water Purification. Indonesian Journal of Chemical Science and Technology State University of Medan. Vol. 03, No. 2, Page; 67-73.
-
there are no comments yet