Article Detail

Memanajemen Perilaku Peserta DIdik melalui PSE

HARI STUDI GURU

Sabtu, 18 Januari 2025, pukul 08.00 - 11.30, Bapak/Ibu guru SMA Tarakanita Citra Raya melakukan kegiatan rutin yaitu Hari Studi Guru (HSG) secara Online melalui Zoom Meeting. Pada HSG hari ini terdapat 2 pemateri yang hebat yaitu Ibu Anastasia Dian Susanti dan Bapak Banu Gutomo. Ibu Susan memaparkan materi terkait 100 ide untuk guru dalam manajemen perilaku murid dan Bapak Banu memaparkan materi terkait praktek pembelajaran yang berpihak pada murid : pembelajaran sosial dan emosi. 

Dalam pembukaan HSG, Bapak F.X. Widodo menyampaikan agar kami semangat dalam mengikuti kegiatan HSG secara online pada hari ini.

Ibu Susan membagikan ilmunya dari buku yang ia baca yaitu 100 Ide untuk Guru Manajemen Perilaku Murid yang ditulis oleh Molly Potter tahun 2014 dan diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Sebelum masuk pada isi buku tersebut, ibu Susan membahas terkait pendekatan deep learning yang berkaitan dengan kurikulum Merdeka. Pada deep learning berisikan meaningful learning, mindful learning, dan joyful learning yang dapat diambil makna bahwa pendekatan ini terpusat pada peserta didik yang nyaman dalam belajar. 

Pada bagian 1 buku yaitu kelas yang positif yaitu membangun suasana kelas yang baik melalui beberapa ide yaitu (1) pujian spesifik, (2) memerhatikan apa yang diabaikan, (3) meningkatkan penghargaan diri, (4) akhiri dengan baik, (5)  sambutan ramah, (6) saran dan umpan balik,  (7) kesalahan hebat, (8) sentuhan menentramkan, (9)  bongkar pasang kelas, (10) istirahat, (11) guru menceritakan semuanya, (12)

terapkan keterbukaan, (13) konsisten, (14) jadilah panutan, yaitu, menjadi guru adalah posisi dengan pengaruh dan tanggung jawab yang besar. Jangan pernah menyuruh peserta didik untuk melakukan begitu saja apa yang diperintahkan dan untuk tidak mencontohnya.

Kegiatan HSG dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Bapak Banu Gutomo yang dengan materi yaitu “Praktik Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid: Pembelajaran Sosial dan Emosi”. Pak Banu mengambil materi tersebut dari rangkaian modul yang dipelajari saat merintis sebagai guru penggerak. 

Pembelajaran sosial dan emosional didukung peningkatan sikap pada diri sendiri, respek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah sehingga meningkatkan performa akademik siswa. Urgensi penerapan pembelajaran sosial dan emosional yaitu mengaplikasikan di kelas sehingga berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik serta memberikan pondasi yang kuat bagi peserta didik untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka diluar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 

Pak Banu menjelaskan tentang well-being yaitu selaras dengan konsep selamat dan bahagia sebagai manusia dan anggota masyarakat yang dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara dan visi pendidikan Indonesia, yaitu profil pelajar Pancasila. Definisi pembelajaran sosial dan emosional ialah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaboratif ini memungkinkan anak-pendidik-tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: (1) memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), (2) menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri), (3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), (4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi), (5) membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab). Pak Banu juga menjelaskan tentang kerangka kompetensi pembelajaran sosial dan emosional.

Selanjutnya Pak Banu menjelaskan 10 indikator penerapan pembelajaran sosial dan emosional yaitu: Pertama pengajaran eksplisit, kedua pembelajaran akademik yang terintegrasi, ketiga perlibatan dan suara murid, keempat iklim kelas dan sekolah yang mendukung, kelima berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), keenam kebijakan yang mendukung, ketujuh dukungan terintegrasi yang berkelanjutan, dan kedelapan pelibatan kemitraan dengan orang tua.

Pak Banu menjelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yaitu, (1) menjadi teladan, (2) berkolaborasi, dan (3) belajar. Langkah-langkah mengintegrasikan KSE dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: (1) pembukaan hangat, (2) kegiatan inti yang menantang dan melibatkan, dan (3) penutupan optimistik. Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yaitu, pemimpin pembelajaran berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas. Kualitas interaksi antar manusia yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan dalam pembelajaran. Kaitannya dengan standar nasional pendidikan yaitu implementasi pembelajaran sosial dan emosional selaras dengan standar proses dalam SNP. Integrasikan 5 KSE dalam pengengajaran eksplisit maupun integrasi dalam konten dan strategi pembelajaran terkait perencanaan proses dan pelaksanaan proses pembelajaran. Refleksi yang dilakukan guru maupun murid mendorong proses penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran.

Nadim Makarim juga menyampaikan “Besok, dimanapun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda. Apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar Indonesia ini pasti bergerak”. 

Kegiatan HSG dilanjutkan dengan peneguhan dari Bapak F.X. Widodo yang dilengkapi dengan penjelasan kerangka kerja pembelajaran mendalam, lalu kemudian dilanjutkan dengan doa penutup yang dipimpin oleh Ibu Giovani Pradipta Mahardika. (Juan)


Comments
  • 23 Jan 2025 07:01:31
    Wow, this activity will create a comfortable learning environment for students in managing time. Very useful 💖💖💖
  • 30 Jan 2025 12:01:47
    This activity has many benefits for both the teachers and the students. Students tend to be bored and feel so overwhelmed by the ways of learning in class if the teachers aren't very supportive. As a student, I do feel uncomfortable when I feel as if the teacher is not teaching well. So teachers are like the "rainbow" that can make students happy in class. By this activity, teachers can understand the students more and try to create a positive learning environment. After the teachers are able to do that, students must be very grateful and excited to learn.
Leave a comment