Article Detail
Workshop: Membangun dan Memelihara Reputasi Sekolah
Yayasan Tarakanita Wilayah Tangerang mengadakan kegiatan workshop pada
hari Senin, 07 Juli 2024 yang melibatkan seluruh tenaga
pendidik dari tingkat KB-TK, SD, SMP dan SMA yang berlansung di aula SMP
Tarakanita Citra Raya. Dengan menghadirkan Dr. Br. Gregorius Bambang
Nugroho,FIC sebagai narasumber, kegiatan ini memberikan penyegaran kepada
seluruh tenaga pendidik dalam momentum awal Tahun Ajaran 2024/2025.
Melalui kegiatan ini panitia mengusung tema "Peningkatan Profesionalitas
Guru dalam Membangun dan Memelihara, Reputasi Sekolah Wilayah Tangerang".
Dalam kaitannya dengan tema workshop yang
diusung, Yayasan Tarakanita Wilayah Tangerang mencoba merumuskan dalam
enam tujuan utama yaitu; 1) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya reputasi
sekolah dan dampaknya terhadap berbagai pemangku kepentingan,
termasuk siswa, orang tua, guru, dan masyarakat. 2) Menjadi platform untuk
berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam membangun dan
memelihara reputasi sekolah yang positif. 3) Meningkatkan kompetensi
kepala sekolah, guru, dan staf sekolah dalam hal manajemen reputasi, komunikasi
efektif, dan strategi branding. 4) Mendorong kolaborasi antara sekolah,
universitas, perusahaan, dan lembaga lainnya untuk memperkuat reputasi sekolah
Tarakanita dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan.
5) Mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh sekolah Tarakanita.
6) Membangun jaringan dengan sesama profesional di bidang pendidikan serta
pembangunan reputasi sekolah dan menjadi instrumen yang efektif dalam mendukung
peningkatan mutu pendidikan dan memperkuat hubungan antara sekolah, siswa,
orang tua, dan masyarakat.
Untuk mewujudkan beberapa tujuan yang telah dirumuskan tersebut,
Sr. Thereseta Emi Suwatini, CB selaku Kepala Kantor Wilayah Tangerang
Yayasan Tarakanita, mengatakan saat ini sekolah Tarakanita khususnya
wilayah tangerang sedang dalam tren yang positif atau memiliki reputasi yang
baik dimata masyarakat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya animo
masyarakat untuk menjadikan sekolah Tarakanita sebagai wadah untuk mengenyam
pendidikan. Masyarakat atau orang tua peserta didik menaruh harapan dan
kepercayaan terhadap lembaga pendidikan ini. Bahkan dalam data terakhir untuk
T.A 2024.2025 total keseluruhan peserta didik Tarakanita wilayah Tangerang
mencapai 4450 orang.
Senada dengan hal itu, Bapak Bonafasius Bambang Sudarmono selaku
Kepala Bagian SDM menyampaikan bahwa ada tiga faktor utama yang
menjadikan reputasi positif sekolah Tarakanita yaitu, kualitas, lingkungan yang
nyaman dan fasilitas yang memadai (prestasi, kualitas pengajaran,
ektrakurikuler, exprerince serta nilai-nilai). Namun, disisi yang lain Ia
mengingatkan hal yang penting untuk diwaspadai ketika reputasi sekolah
mulai menurun. Tentu dipengaruhi banyak faktor juga misalnya, kualitas yang
berkurang, ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, dan juga
kemunculan sekolah-sekolah kompetitor.
Beberapa informasi yang disampaikan pada bagian pengantar tersebut
tentu menjadi stimulus untuk memulai pemaparan materi oleh Br. Bambang. Pada
sesi yang pertama beliau memulainya dengan konsep
mendasar tentang reputasi. Dalam pandangannya reputasi itu terletak pada empat
poin utama yaitu, zaman berubah ( kebutuhan pasar juga berubah/berkembang),
kepekaan terhadap perubahan menjadi kebutuhan customer, meningkatkan reputasi
untuk menjaga eksistensi dan peserta didik berhak untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas. Selain itu dalam upaya menjaga reputasi lembaga diperlukan positioning
( stand out in the crowd) atau menonjolkan sisi positif di antara yang
lain. Mempertahankan reputasi positif juga mewajibkan kita untuk memahami
konsumen secara utuh dengan mengacu pada empat poin yaitu, faktor demografi,
faktor budaya, faktor sosial dan faktor psikologis. Upaya lain yang
perlu dilakukan untuk mempertahankan reputasi positif adalah pemanfaatan media
sosial secara efektif dengan serta publikasi yang konten yang bermutu dan
informatif.
Secara lugas Br. Bambang mengatakan " Sekolah yang
sukses selalu dikelola oleh Good People dengan Good
System. Sekolah hanya akan menjadi sekolah yang baik (terpercaya
dan berkelanjutan), jika dikelola oleh orang-orang yang baik (mau
dan mampu), kompeten, berkualitas, dan berkomitmen tinggi dan sistem
yang baik pula".
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran Ia menegaskan bahwa
sistem pendidikan kita sekarang harus menghargai keberadaan dan keanekaragaman
peserta didik. Tidak ada lagi pembiasaan membanding-bandingkan peserta didik
karena pada dasarnya setiap peserta didik itu istimewa. Tentu tugas mendidik tidak
hanya dibebankan pada guru tetapi melibatkan seluruh komunitas baik guru, orang
tua maupun masyarakat lainnya.
Bagaimana Permasalahan Pendidikan Indonesia saat ini? Beberapa
catatan penting yang menjadi tantangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini
adalah kompetensi guru yang mencakup beberapa
poin yaitu ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang yang diampu, kualifikasi
guru, ketidakmampuan untuk mengembangkan diri sesuai tuntutan zaman dan proses
rekruitmen guru yang belum efektif.
Setelah melewati sesi pertama yang sangat luar biasa pada
kesempatan di sesi yang kedua Br. Bambang memfokuskan materi berkaitan dengan
peningkatan reputasi sekolah dalam menghadapi tantangan pendidikan abad 21 dan
revolusi industri 5.0. Menghadapi situasi dunia yang semakin berkembang dalam
bidang teknologi dan informasi maka empat poin yang harus ditingkatkan yaitu,
kualitas SDM, perubahan paradigma pendidikan, adaptasi dan kompetensi, dan
kecakapan hidup abad 21 (creativity, critical thinking, communication,
collaboration). Lalu, bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh guru
dalam menghadapi tantangan tersebut? Maka penting untuk melakukan
upaya-upaya berupa; meningkatkan kompetensi, memiliki kompetensi utama dan
pendukung, cakap memberikan materi, menggerakan siswa berpikir kritis dan
kreatif serta bersahabat dengan teknologi ( dimanfaatkan secara tepat tanpa
harus tunduk dan dikuasai teknologi).
Sebagai guru yang mengimani ajaran kristiani Br. Bambang juga
mengatakan bahwa kita perlu menjadi pribadi yang meneladani Yesus. Dalam hal
ini guru dituntut untuk menjadi pribadi yang berwibawa dengan didasarkan
pada keteladanan Yesus (membebaskan, kebenaran, yang diajarkan yang Ia sendiri
hayati dan teladan guru adalah otoritas paling berwibawa bagi siswa). Guru juga
merupakan change master baik dalam cara pandang, sikap
maupun usaha membangun komitmen.
Selain upaya dalam menghadapi tantangan di era modern hal mendasar
yang menjadi prinsip dalam mempertahankan reputasi positif adalah memiliki etos
kerja. Di dalam Etos kerja terdapat empat poin utama yaitu kesadaran,
spirit, etika dan produksi. Etos ibarat sebuah pohon yang terdiri dari tiga
bagian utama yaitu akar batang (semangat, gigih) dahan (kinerja) dan buah (sukses,
reputasi dan popularitas).
Selain meningkatkan etos kerja dalam upaya mempertahankan reputasi
sekolah, menurut Br. Bambang diperlukan kecerdasan sosial emosional yang
mencakup kesadaran emosi, kebugaran emosi, kedalaman emosi dan alkimia emosi. Lalu
bagaimana upaya meningkatkan kecerdasan
sosial emosional? Setidaknya ada
delapan yang penting untuk disadari oleh guru yaitu;
1.
Pikiran positif atau bersyukur dan optimis
2.
Sadar akan realita dan proaktif untuk adaptasi
3.
Menghargai keunikan diri sendiri
4.
Optimalkan pengalaman hidup
5.
Optimalkan hubungan emosional
6.
Menghasilkan nilai kehidupan
7.
Menyeimbangkan cipta, rasa dan karsa
8.
Lingkungan sosial yang mendukung.
Pada sesi ketiga kegiatan workshop ini, Br, Bambang memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan diskusi kelompok untuk mengevaluasi berkaitan dengan kendala yang dihadapi dalam mempertahankan reputasi sekolah serta menentukan komitmen yang menyelesaikan kendala yang dihadapi. Dan sebagai simpulan atas seluruh materi yang telah dipaparkan Br.Bambang menegaskan kembali bahwa reputasi akan semakin kuat dan terjaga jika; 1) guru merasa bangga memiliki lembaga dan profesi, 2) Tidak merendahkan profesi, 3) melaksanakan pekerjaan dengan gembira, 4) dengan pekerjaan, semakin dekat dengan Tuhan dan sesama, 5) semakin menyadari bahwa bekerja adalah melaksanakan kehendak Allah sendiri.
Lalu sejauh mana kita mencintai pekerjaan kita saat ini? Satu pertanyaan refleksi yang bisa dibawah untuk direnungkan! (RN)
-
there are no comments yet